Gunakan Menu "PENCARIAN CEPAT" dengan Mengetikkan Nama Produk, Jenis Layanan Jasa, Maupun Artikel selanjutnya Klik "CARI" <<< CB CELLULAR SUKOREJO >>> Alamat : Sasana Kebugaran Kawedanan Sukorejo (SKKS); Kompleks Bunderan Sukorejo; Tlangu 01/03 Kec. Sukorejo, Kab. Kendal, Prov. Jateng 51363 --- Phone / WA: 085-868-951-379 --- BBM: DBD5C52A --- Telegram: @cbcellarsukorejo --- Facebook: @cbcellularsukorejo --- Funpage: @cbcellular --- EMAIL: cahayabintang.pusat@gmail.com ---- KRITIK & SARAN DEMI PENINGKATAN PELAYANAN SANGAT KAMI HARAPKAN
UPDATE HARGA BARANG DAN JASA : 23-01-2018 *** Diskon 10% untuk produk-produk tertentu selama bulan Januari*** >>> Aplikasi Isi Lagu 7.000,- >>> Card Reader 1 slot Yumoto 8.000,- >>> Card Reader 4 slot Yumoto 10.000,- >>> Cetak Foto 10R + Glossy 10.000,- >>> Cetak Foto 5R + Glossy 5.000,- >>> Charger Destop Non LCD 15.000,- >>> Charger Nokia Kecil Ori HK 18.000,- >>> Charger Samsung Ori 25.000,- >>> Deposit Pulsa All Operator Gratis >>> Handfree Power Bass 25.000,- >>> Kabel Data HIPPO 1 meter 12.000,- >>> Memori Card Visipro 8GB + Aplikasi 70.000,- >>> Tempered Glass Samsung J1 Ace 12.000,- >>> Tempered Glass Samsung J2 Prime 12.000,-

Minggu, 24 Februari 2013

Servis Ponsel - RM-495 V.07.97_5130 BI

rm495__07.97.mcusw

Biografi - Pangeran Diponegoro

11 November 1875 - 8 Januari 1855
 
Biografi Pangeran Diponegoro - Nama tokoh yang satu ini mungkin tidak asing lagi bagi kita semua, beliau merupakan salah satu dari pahlawan nasional Republik Indonesia dari tanah Jawa. Ya kita semua mengenalnya dengan nama Pangeran Diponegoro. Sebenarnya nama dari Pangeran Diponegoro adalah Dipanegara namun masyarakat pada saat itu memanggilnya dengan gelar Pangeran Dipanegara karena pengaruh bahasa jawa penyebutan Pangeran Dipanegara berubah menjadi Pangeran Diponerogo dan alasan itulah kita lebih mengenalnya sampai sekarang dengan nama Pangeran Diponegoro.


1. Biografi Lengkap Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Beliau lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Antawirya (Bahasa Jawa: Ontowiryo).

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan hamengkubuwono III untuk mengangkatnya menjadi seorang raja menggantikan posisinya. Permintaan ayahnya ini ditolah oleh beliau mengingat ibunya bukanlah seorang permaisuri. Diponegoro pada saat itu mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Kedhaton, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.

Pangeran Diponegoro pada saat itu lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat. Sehingga beliau lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakan Diponegoro terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang pada saat itu baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian inilah yang tidak disetujui sama sekali oleh  Diponegoro.

3. Riwayat Perang Pangeran Diponegoro

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Pangeran Diponegoro di desa Tegalrejo. Pada saat itu, beliau memang sudah sangat kesal dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka ini mendapat simpati dan dukungan rakyat Indonesia. Atas permintaan dari pamannya, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong. Perjuangan Pangeran Diponegoro ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya Bupati Gagatan.

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.

Pada tanggal 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro wafat dan dimakamkan di Makassar, tepatnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, sekitar empat kilometer sebelah utara pusat Kota Makassar.
Referensi: http://www.biografi-tokoh.com

Biografi - Wanda Hamidah

Nama Wanda Hamidah sontak menjadi buah bibir dimana-mana sejak kedekatannya dengan artis serba bisa, Raffi Ahmad. Ditambah lagi ketika penangkapan Raffi Ahmad oleh Badan Narkotika Nasional, Wanda Hamidah juga berada di rumah Raffi Ahma. Namun terlepas dari itu semua, Wanda  Hamidah adalah seorang model, artis berkat dan sekarang dia telah menjadi seorang politikus hebat sebagai DPRD DKI Jakarta.

A. Biografi Lengkap Wanda Hamidah

Wanda Hamidah lahir di Jakarta, 21 September 1977. Wanda Hamidah merupakan anak dari Muhammad Husein bin Syech Abu Bakar dan Nini Hanifah. Wanda mulai menggeluti dunia modelling atau dunia keartisan sejak duduk di bangku SMP dan kemudian pada tahun 1990an, Wanda terpilih menjadi cover girl salah satu majalah besar. Selain itu, Wanda juga sempat membintangi beberapa iklan dan sinetron. Selain menjadi model, ternyata Wanda juga pernah menjadi seorang news anchor dan pembawa acara di sebuah program di salah satu stasiun TV swasta.


Ketika menjadi mahasiswa, Wanda Hamidah dikenal sangat aktif dalam kegiatan organisasi. Sebagai anggota aktif organisasi kampus ini, Wanda pada saat itu juga sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Ia juga turut menjadi saksi mata dalam peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti dan bahkan ikut serta saat mahasiswa menduduki gedung parlemen yang pada akhirnya berhasil menggulingkan rezim Presiden Soeharto.

Ketertarikan Wanda di dunia politik ternyata telah dimulai sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Wanda kecil gemar sekali membaca koran yang memuat isu-isu politik yang sedang hangat juga menonton Dunia Dalam Berita untuk mengetahui kabar terbaru nasional maupun internasional. Dengan latar belakang keluarga yang aktif dalam dunia pergerakan, secara tidak langsung menjadi dukungan bagi Wanda untuk mengembangkan ketertarikannya di dunia politik.

Pada tahun 2006, lulusan Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini memulai langkahnya di dunia politik dengan bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN) yang saat itu dipimpin oleh Sutrisno Bachir dan pada saat itu Wanda Hamidah dipercaya menjadi bendahara partai periode 2006-2010.

Pada tahun yang sama, Wanda juga dipilih sebagai Wakil Sekjen Komnas Perlindungan Anak. Karirnya di dunia politik semakin melambung sejak ia mendapatkan penghargaan dari Menhukam pada April 2008 sebagai Artis Peduli Hukum dan HAM. Tahun 2009, Wanda mendapatkan kesempatan menjadi anggota DPRD DKI Jakarta periode 2009-2014 dan duduk di Komisi E yang membidangi kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 2011 yang lalu, Wanda melepaskan kerinduannya pada dunia seni peran dengan bermain di sebuah film arahan sutradara kondang Hanung Bramantyo yang berjudul "Pengejar Angin". Di film itu, Wanda beradu akting dengan Lukman Sardi dan Agus Kuncoro.

Namun sayang kesuksesan karirnya tidak diikuti dengan kesuksesannya membangun sebuah rumah tangga, November 2012, rumah tangga Wanda kandas. Dia resmi menjanda setelah gugatan cerainya dikabulkan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Hak asuh anak mereka pun telah diputuskan. Baik Wanda maupun mantan suaminya Cyril Raoul Hakim sepakat untuk mengasuh anak mereka bersama-sama.

Tak hanya sampai di situ pada awal tahun 2013, Wanda kembali tersandung kasus dugaan narkoba dan ikut diamankan Badan Narkotika Nasional (BNN). Seperti diberitakan, Wanda merupakan satu dari 17 orang yang diamankan BNN dalam penggerebekan di rumah artis Raffi Ahmad atas dugaan pesta narkoba. Meski ikut diamankan, Wanda akhirnya dinyatakan bebas karena tidak terbukti menggunakan narkoba. Hasil tes narkoba menunjukkan negatif. Rupanya dia mengunjungi rumah Raffi hanya untuk rapat baksos. Wanda sempat shock dengan kejadian tersebut dan menjadi pelajaran berharga bagi dirinya.

Setelah dinyatakan tidak terlibat dalam kasus Narkoba di rumah Raffi Ahmad, maka secara mengejutkan Badan Narkotika Nasional (BNN) membuat sebuah keputusan untuk mengangkat Wanda Hamidah sebagai Duta Anti Narkoba pada tanggal 30 Januari 2013.

B. Pendidikan Formal Wanda Hamidah
  • Magister (S-2) Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok (2006)
  • S-1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti (2000)
  • SMA Negeri 3 Setia Budi Jakarta (1995)
  • SMP Negeri 1 Cikini Jakarta (1992)
  • SD Merdeka Timur Gambir Jakarta (1989)
C. Pengalaman Organisasi Wanda Hamidah
  • Bendahara, Partai Amanat Nasional (PAN) (2006-2010)
  • Wakil Sekjen Komnas Perlindungan Anak (2006-2010)
  • Anggota Lembaga Hukum, MPM (Madani Professionals Community)
  • Ketua Yayasan Azzahra (Yayasan Peduli Pendidikan, pemberian beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu)
  • Sekretaris, IMMN, Universitas Indonesia (Notary Public Graduate Students Association) (2003-2004)
  • Ketua BPM, Universitas Trisakti (Student Representatives Board) (1998-1999)
Referensi: http://www.biografi-tokoh.com

Biografi - Cut Nyak Dien


1848 - 6 November 1908
 
Sekian banyak pahlawan yang memerangi Belanda di Aceh, nama Cut Nyak Dien masuk sebagai salah satu pahlawan yang gagah berani melawan tentara Belanda. Walaupun beliau seorang wanita, beliau tak kalah beraninya dan tak pernah takut ataupun gentar menghadapi tentara Belanda. Sejak kematian kedua suaminya yaitu Ibrahim Lamnga yang terbunuh di Gle Tarum dan Teuku Umar yang terbunuh di Meulaboh, Cut Nyak Dien sangat marah dan bersumpah bahwa dia akan melanjutkan kedua perjuangan kedua suaminnya untuk menghancurkan Belanda.

1. Biografi Lengkap Pahlawan Wanita Dari Aceh, Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh pada tahun 1848. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan yang dikenal sangat taat beragama di Aceh Besar. Ayah dari Cut Nyak Dien bernama Teuku Nanta Setia, beliau merupakan seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Menurut sejarah, Machmoed Sati datang ke Aceh pada abad ke 18, yang pada saat itu kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dien merupakan keturunan Minangkabau. Sedangkan Ibu dari Cut Nyak Dien merupakan seorang putri uleebalang Lampagar.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dien merupakan sosok anak yang cantik. Beliau memperoleh pendidikan pada bidang agama (dididikan orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Pada saat itu banyak laki-laki yang suka dengan sosok Cut Nyak Dien dan berusaha melamarnya. Tepat pada usia 12 tahun, beliau sudah dinikahkan oleh orangtuanya, tepatnya pada tahun 1862 dengan seorang pria yang bernama Teuku Cek Ibrahim Lamnga yang meruapakan putra dari uleebalang Lamnga XIII. Dari pernikahan ini mereka memiliki satu anak laki-laki.

2. Riwayat Perjuangan Cut Nyak Dien

Tepat pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang melawan rakyat Aceh. Setelah pernyataan tersebut diumumkan, Belanda mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus pada saat itu, perang pertama dimulai pada tahun 1873 dan berakhir pada tahun 1874. Pada saat itu rakyat Aceh dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah untuk bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Kohler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Tepat pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Kohler, dan berhasil mengambil alih Masjid Raya Baiturrahman dan membakar mesjid tersebut. Melihat tindakan Belanda yang semena-mena tersebut, Cut Nyak Dien yang melihat langsung mesjid itu dibakar, berteriak pada tentara Belanda:
Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?
Namun pada saat itu kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama ini dan Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan berhasil meraih kemenangan, sementara pimpinan Belanda, Kohler tewas tertembak pada April 1873. Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan yang baru Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim berhasil diduduki pihak Belanda, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Melihat kondisi yang terjepit, Cut Nyak Dien dan bayinya memutuskan untuk mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Sementara suaminya melanjutkan perjuangan untuk bertempur melawan Belanda guna merebut kembali daerah VI Mukim.
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, Suami dari Cut Nyak Dien ini  tewas tepatnya pada tanggal 29 Juni 1878. Mengetahui suami Cut Nyak Dien sudah meninggal dunia membuat Teuku Umar yang juga merupakan tokoh pejuang Aceh, mencoba untuk melamar Cut Nyak Dien. Pada awal lamarannya ini, Cut Nyak Dien menolak tawaran dari Teuku Umar. Namun seiring berjalannya waktu dan Teuku Umar yang mempersilakan dirinya untuk ikut bertempur dalam medan perang membuat Cut Nyak Dien akhirnya luluh dan menerima sebagai suami pada tahun 1880. Pernikahan ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan tentara Belanda. Dari pernikahan mereka ini, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.

Setelah itu, peperangan dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah (perang di jalan Allah). Sekitar tahun 1875, Teuku Umar membuat strategi perang dengan mendekati Belanda dan nenbuat  hubungan baik dengan orang Belanda. Tepat di tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan tanpa disangka mereka "menyerahkan diri" kepada Belanda. Mendengar hal itu Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka untuk melawan rakyat Aceh, sehingga pada saat itu Belanda memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan mengangkatnya menjadi komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Strategi Teuku Umar untuk pura-pura berpihak ke Belanda dirahasiakan oleh semua pihak, ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan istrinya, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dien dan memakinya. Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali berjuang melawan tentara Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini dikenal dengan nama Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

Penghianatan Teuku Umar pada Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dien maupun Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti karena penghiantan ini. Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel yang menggantikan Jend. Van Swieten secara mengejutkan dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada saat kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.

Cut Nyak Dien dan suaminya, Teuku Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti Jendral yang bertugas. Unit "Maréchaussee" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai mengatur taktik yaitu dengan cara menyewa orang Aceh guna untuk memata-matai pasukan pemberontak. Informan Belanda ini berhasil menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Karna rencananya sudah diketahui oleh pihak Belanda, rakyat Aceh mengalami kekalahan dan pimpinan mereka Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang yang merupakan anak Teuku Umar, menangis karena kematian ayahnya ini, ia ditampar oleh ibunya Cut Nyak Dien yang lalu memeluknya dan berkata kepada anaknya tersebut:
Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid.
Selepas kematian suaminya ini, Cut Nyak Dien memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan kematian suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, umur dari Cut Nyak Dien yang sudah semakin tua membuat matanya sudah mulai rabun, dan ia juga terkena penyakit encok. Tak hanya itu jumlah pasukannya terus berkurang dari hari ke hari, serta sulit memperoleh makanan juga membuat pasukan Cut Nyak Dien semakin terpuruk. Semua hal ini membuat iba para pengikut dari Cut Nyak Dien.


Karna rasa ibanya ini, anak buah Cut Nyak Dien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada pihak Belanda. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksinya berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Nyak Dien akhirnya ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Setelah berhasil ditangkap, Cut Nyak Dien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun setelah sembuh, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.

Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dien, tetapi tentara Belanda pada saat itu dilarang mengungkapan identitas tahanan. Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu".

Setelah lama dipenjara, tepat pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien menghembuskan nafas terakhirnya karena usianya yang sudah tua. Makam dari "Ibu Perbu" atau Cut Nyak Dien ini baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" juga diakui oleh Presiden Soekarno sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Biografi - Ir. Soekarno

6 Juni 1901 - 21 Juni 1970

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.


Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

Biografi - Maria Ozawa (Miyabi)

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Biografi - RA Kartini

21 April 1879 - 17 September 1904


Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan
jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.

Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

Referensi :
- http://chrissanta.wordpress.com
- http://www.dapunta.com/raden-ajeng-kartini-1879-1904.html

Sharing Internet 2 PC dengan Modem Ceria


Sharing Internet untuk 2 Pc.

Pada Pc 1
1. Install modem HUAWEI ETS2052 pada Pc 1 dengan :
Profile name : ceria
Number : #777
Username : internet
Password : ceria
Klik Save kemudian Ok.

Nb. Pastikan bahwa Pc 1 sudah berhasil untuk koneksi Internet

2. Buatlah koneksi yang baru, agar semua orang bisa menggunakan account ini termasuk password, dan koneksinya dibuat default:
Start – Control Panel
Network Connection – Create New Connection – Next
Connect to the Internet – Next
Set up my connection manual – Next
Connect using a dial-up modem – Next
Pada select a device beri contreng pada modem yang yang digunakan – Next
ISP Name : ceria – Next
Phone Number: #777 – Next
Username : internet
Password : ceria
Confirm Password: ceria

Kasih tanda √ pada:
Use this account name end password when anyone connect to the Internet from this computer. Dan
Make this the default internet connection – Next
Kasih tanda √ pada:
Add a shortcut to this connection to my desktop – Finnish

Setelah selesai, koneksi inipun harus dicoba dan bisa connect Internet.

3. Mulai membuat connection sharing:
Start – Control Panel
Network Connection – klik Properties (Dial up ceria) yang tadi dibuat.
General – contreng pada modem yang digunakan
Advance – contreng pada Allow other network users to connect through this computers Internet connection.
Home networking connection – pilih Lan mana yang akan di hubungkan dengan Pc 2
Contreng juga pada Establish a dial up connection… – Ok

4. Masih pada Pc 1 setting LAN card
Isilah IP Address: 192.168.0.1
Subnet mask: 255.255.255.0

5. Membuat koneksi di Pc2 (client)
Agar bisa numpang internetan bila Pc1 ready.

steps:
Click Start, and then click Control Panel.
Click Network and Internet Connections.
Click Internet Options.
In the Internet Properties dialog box, click the Connections tab.
Click the Setup button.

The New Connection Wizard starts.
On the Welcome to the New Connection Wizard page, click Next.
Click Connect to the Internet, and then click Next.
Click Set up my connection manually, and then click Next.
Click Connect using a broadband connection that is always on, and then click Next.
On the Completing the New Connection Wizard page, click Finish.
Quit Control Panel.

6. Setting LAN pada Pc2
Click Start, and then click Control Panel.
Click Network and Internet Connections.
Click Network Connections.
Right-click Local Area Connection, and then click Properties.
Click the General tab, click Internet Protocol (TCP/IP) in the This connection uses the following items list, and then click Properties.
In the Internet Protocol (TCP/IP) Properties dialog box, click Obtain an IP address automatically (if it is not already selected), and then click OK.

IP pada Lan pc2 dibuat otomatis dan tanpa mengisi apapun sudah bisa untuk koneksi Internet.
Selamat mencoba semoga berhasil.