Gunakan Menu "PENCARIAN CEPAT" dengan Mengetikkan Nama Produk, Jenis Layanan Jasa, Maupun Artikel selanjutnya Klik "CARI" <<< CB CELLULAR SUKOREJO >>> Alamat : Sasana Kebugaran Kawedanan Sukorejo (SKKS); Kompleks Bunderan Sukorejo; Tlangu 01/03 Kec. Sukorejo, Kab. Kendal, Prov. Jateng 51363 --- Phone / WA: 085-868-951-379 --- BBM: DBD5C52A --- Telegram: @cbcellarsukorejo --- Facebook: @cbcellularsukorejo --- Funpage: @cbcellular --- EMAIL: cahayabintang.pusat@gmail.com ---- KRITIK & SARAN DEMI PENINGKATAN PELAYANAN SANGAT KAMI HARAPKAN
UPDATE HARGA BARANG DAN JASA : 23-01-2018 *** Diskon 10% untuk produk-produk tertentu selama bulan Januari*** >>> Aplikasi Isi Lagu 7.000,- >>> Card Reader 1 slot Yumoto 8.000,- >>> Card Reader 4 slot Yumoto 10.000,- >>> Cetak Foto 10R + Glossy 10.000,- >>> Cetak Foto 5R + Glossy 5.000,- >>> Charger Destop Non LCD 15.000,- >>> Charger Nokia Kecil Ori HK 18.000,- >>> Charger Samsung Ori 25.000,- >>> Deposit Pulsa All Operator Gratis >>> Handfree Power Bass 25.000,- >>> Kabel Data HIPPO 1 meter 12.000,- >>> Memori Card Visipro 8GB + Aplikasi 70.000,- >>> Tempered Glass Samsung J1 Ace 12.000,- >>> Tempered Glass Samsung J2 Prime 12.000,-

Minggu, 09 Februari 2014

Biografi - Jenderal Sudirman


Jendral Besar TNI Anumerta ini bernama Raden Soedirman dan lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Raden Soedirman dilahirkan di kota Purbalingga oleh pasangan wong cilik, kemudian diangkat oleh pamannya yang merupakan seorang priyayi. Setelah dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap pada akhir tahun 1916, Jendral Sudirman tumbuh menjadi siswa yang rajin, beliau juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk organisasi pramuka bentukan organisasi Islam Muhammadiyah. Saat masih di sekolah menengah, Jendral Soedirman telah menunjukkan kemampuan sebagai sosok seorang pemimpin. Beliau juga sangat dihormati dalam masyarakat karena taat pada agama Islam.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah guru, beliau menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936. Karna kepiawaian Sudirman akhirnya dia diangkat sebagai kepala sekolah. Jendral Sudirman juga aktif dengan berbagai program Muhammadiyah lain, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Sudirman terus mengajar. Pada tahun 1944, Sudirman memutuskan untuk bergabung dengan angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang sebagai pemimpin batalyon di Banyumas. Saat menjadi perwira PETA, Sudirman berhasil menghentikan sebuah pemberontakan yang dipimpin anggota PETA lain, tetapi akhirnya Ia ditahan di Bogor.



Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Jendral Sudirman dan tahanan lain melarikan diri. Beliau kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu langsung dengan Presiden Soekarno. Di Jakarta, Sudirman ditugaskan oleh Presiden untuk mengurus penyerahan prajurit Jepang di Banyumas. Setelah menerima amanat ini, Jendral Sudirman mendirikan salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat (TKR). Dengan merampas senjata-senjataa dari tentara Jepang, pasukan yang dipimpin oleh Sudirman ini  dijadikan bagian dari Divisi V 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo dan Jendral Soedirman dijadikan panglima dari divisi tersebut.

Tepat pada tanggal 12 November 1945, Jendral Sudirman terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan di Yogyakarta. Saat menunggu konfirmasi, Jendral Sudirman memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa. Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa membuat dirinya semakin di masyarakat luas. Beliau akhirnya dikonfirmasikan sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember 1945. Dalam tiga tahun berikutnya, Jendral Sudirman menyaksikan ketidakberhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati dan Persetujuan Renvile yang pada saat itu mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan kudeta pada tahun 1948.

Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Jendral Sudirman pulang dari rumah sakit, pemerintah Belanda meluncurkan Agresi Militer II, suatu usaha untuk menduduki ibu kota di Yogyakarta. Meskipun banyak pejabat politik mengungsi ke kraton, Sudirman bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya menuju ke arah selatan dan melakukan perlawanan gerilya sepanjang tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh tentara Belanda, tetapi kecerdikan dari Jendral Sudirman membuat tentara Belanda tidak mampu mengikuti pasukan dari Jendral Sudirman dan setelah itu beliau mendirikan markas sementara di Sobo, dekat Gunung Lawu. Di Sobo inilah, Sudirman dan pasukannya menyiapkan taktik untuk Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949, yang akhirnya serangan ini dipimpin Letnan Kolonel Soeharto. Setelah serangan tersebut, Belanda mulai mengundurkan diri pada bulan Juli 1949, Jendral Sudirman dipanggil kembali ke Yogyakarta. Meskipun ia hendak mengejar pasukan Belanda, ia dilarang oleh Soekarno. Karena kelelahan setelah berbulan-bulan bergerilya. Ditambah lagi penyakit tuberculosis yang diderita Soedirman kambuh lagi, dan atas intruksi dari Presiden Soekarno, Ia memutuskan untuk pergi ke Magelang guna beristirahat memulihkan keadaannya.

Tak lama setelah ini, tepat pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Besar Sudirman akhirnya meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya sejak lama. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Selain itu, Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan dan pada tahun 1997, Jendral Sudirman mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta(Jendral dengan bintang lima). Pangkat Jendral bintang lima ini hanya dimiliki oleh tiga Jenderal besar RI sampai sekarang yaitu: Haji Muhammad Soeharto (Presiden Kedua RI), Abdul Haris Nasution dan Jendral Sudirman.

Meninggalnya Jendral Besar Sudirman membuat semua Rakyat Indonesia berduka cita dan sangat sedih ditinggal Jendral Besar mereka. Untuk menghormati semua jasa beliau, bendera merah putih dikibarkan setengah tiang di seluruh Nusantara dan ribuan orang Indonesia mengikuti dan berduyun-duyun untuk menyaksikan pemakaman Jendral Besar Pertam RI ini. Sampai sekarang pun Jedral Soedirman sangat disegani di Indonesia. Taktik erang gerilyanya yang diterapkannya dianggap sebagai asal usul semangat Tentara Nasional Indonesia. Tak hanya itu, untuk menghargai dan menghormati perjuangan Jendral Besar Sudirman, Gambar Jendral Sudirman ditampilkan pada uang kertas Rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan dihampir semua jalan-jalan protokol kota-kota besar di Indonesia, museum, dan monumen. Dan tepat pada tanggal 10 Desember 1964, Jendral Besar TNI Anumerta Sudirman dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Referensi : http://www.biografi-tokoh.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar